Senin, 22 November 2010

Kerja Sebagai Kutuk

"dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." Kej 3:19

Kepalaku masih agak pusing. Aku baru tidur jam 4 pagi karena ada pekerjaan maintenance di kantor. Siang ini pun aku bangun hampir tanpa semangat karena team leader meminta ku untuk datang siang ini setelah jam makan siang.

Ketika sedang mengendarai motor kemarin aku berpikir untuk apa aku harus berlelah-lelah seperti ini? Satu bulan ini banyak sekali pekerjaan yang membuat ku harus tinggal sampai tengah malam di kantor. Memang biasanya aku tidak perlu lagi masuk kantor pada siang harinya.

Karena lapar, aku pun mampir di warung nasi uduk betawi yang memang biasa buka sampai subuh. Ketika aku hendak menikmati makanan ku, aku kembali berpikir untuk apa aku harus bersusah-susah seperti ini? Di hadapanku tersedia makanan yang sudah tidak hangat lagi karena sudah dimasak dari tadi malam, gorengan yang sudah tidak gurih lagi dan menjadi sangat berminyak karena sudah terlalu lama ada di atas piring saji. Peduli amat, aku lapar!

Tidak lama aku kembali berpikir karena ternyata satu per satu ada orang datang setelah aku. Dua diantara mereka adalah supir taksi dan satu lagi anak muda. Aku yang tadinya sendiri di warung itu jadi punya teman makan walaupun kami tidak saling menegur apalagi mengobrol ketika nasi uduk tersedia di hadapan kami. Lagipula apa yang ada dihadapanku lebih menarik untuk disantap ketimbang mengobrol yang (berani jamin) topiknya tidak jauh dari soal negara, hahaha... Tapi kemudian kembali aku diingatkan akan pertanyaan "untuk apa?" ketika aku pun menyadari mereka habis dan masih bekerja ketika orang lain sedang sangat menikmati memeluk bantal gulingnya.

Aku tidak bisa menjawab mengapa mereka mau bersusah-susah, tapi kalau aku sendiri, hmm.. Aku teringat kutuk yang pernah Allah berikan. Ya, aku -dan semua manusia lain- begini karena berada di bawah kutuk Allah. Andai saja orang-orang tidak perlu bersusah-susah bekerja, pasti dunia akan jadi,,, lebih buruk... Aku bersusah bukan untukku, tapi untuk orang-orang yang aku pedulikan (susah mau bicara kasihi). Supir taksi tadi pun mungkin mau bersusah-susah bukan karena dia mau beli IPhone4, atau mungkin sebuah ThinkPad? Kemungkinan mereka bekerja seperti itu untuk alasan yang hampir sama dengan ku, yaitu demi orang-orang yang mereka pedulikan (susah ngomong kasihi).

Memang dasar Allah terlalu baik, dalam kutuknya pun dia masih ajarkan kita untuk mengasihi. Benar aku berlelah untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi bukan cuma kebutuhan hidupku sendiri tapi juga orang-orang yang aku pedulikan.

Jika begitu, aku tidak akan lagi menganggap bekerja hingga berlelah-lelah sebagai kutuk. Sebaliknya itu adalah berkat dari Allah untuk kita bisa menyatakan kasih.




Dan aku pun mengambil handuk, mandi, dan berangkat kembali ke kantor siang ini. Dan akan terus begini sampai aku kembali menjadi tanah.
Thanks GOD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar